Selasa, 15 Juli 2008

inilah hidup..

mungkin, jika kita melakoni hidup dengan hanya menjalani apa yang ada, tanpa ada keinginan tuk mengalami apa yang tak ada, hidup akan terlihat lebih bersahabat ...
jika kita hidup hanya dengan nrimo, apa yang terjadi terjadilah, melewati jalan lurus atau jalan tak lurus yang sudah digariskan, atau menurut kita sudah digariskan, tanpa berusaha melihat ke kiri kanan, tanpa larak lirik ke belakang, sepertinya hidup akan lebih mudah ...
jika hanya itu yang kita lalui, hidup akan menjadi lebih sederhana, tampaknya ...
secara kasat mata, iya ...

namun tetap saja ada segelintir orang, yang enggan atau tak merasa cukup dengan 'hanya' hidup di jalan yang seharusnya, di rel yang semestinya. ada orang2 yang memilih hidup yang susah meskipun padanya disilahkan hidup yang mudah, meskipun jalan lempeng ada di hadapannya, meski jalur bebas hambatan telah ada di depan mata. mengapa? apa hidup yang mudah itu kurang nyaman, kurang tantangan, atau menjemukan? apa memang pada dasarnya telah terjadi hendaya baginya tuk menjalani hidup yang mudah?

mudah itu relatif, sudah pasti. tidak semua persepsi orang tentang mudah dan susah itu sama. ini bukan urusan matematis yang bisa dengan gamblang diturunkan dalam rumus2 aljabar atau dianalisa secara statistik. akan selalu ada nilai penyimpangan, dan barangkali, dalam hidup, orang2 yang rela dan bernyali tuk lebih memilih susah adalah nilai penyimpangan itu.
aneh? barangkali
mispersepsi? mungkin

tapi inilah hidup, setiap orang mungkin diberikan jalannya, namun biarkan orang memilih sendiri. jika yang diinginkan adalah A, dan berikan ia B, bisa saja akan timbul C.

seperti hukum aksi dan reaksi. jika keinginan A tetap dipaksakan untuk menuruti keinginan B, eksesnya bisa jadi A' atau B', atau malah C atau C'.
bingung? tentu saja. sebab ini adalah hidup, tak bisa dianalogi dengan ilmu fisika, sebab hidup, dengan kemisteriusannya, memiliki rumusnya sendiri, yang tak mungkin dipecahkan kecuali jika kita berdamai dengan hidup itu.

jalanilah hidup,
sebab hanya hidup yang kita punya. jalani prosesnya, dengan lapang dada. jika suatu ketika dada terasa sesak dan terhimpit keinginan yang tak atau belum terkabulkan, maka berbagilah. berdua akan selalu lebih baik tuk berbagi, sebab jika hanya sendiri, beban itu bukan dibagi, tapi dibuang. beban yang terbuang, tak bisa di-recycle. setuju?
jika tidak, simpan saja ke-tak setuju-an itu, jadikan hiasan tuk lebih memberi makna pada hidup
hidup, yang semakin hari semoga akan memberi banyak kesabaran, dan kebijakan...